Kita belum tau persis apa yang dikatakan Jokowi kepada Yai MA di Vidio ini. Yang kita lihat Yai disuruh berhenti dan jangan ikut (atau jangan ikut dulu, ane dulu ye, jadwal antum nanti nunggu dipanggil dulu). Mungkin itu yang terbersit dipikiran sebagian dari kita yang melihat adengan ini.
Seolah kayak anak kecil, Yai kemudian berhenti dan menunggu di tangga sebagaimana layaknya anak balita yg disuruh nunggu. Lihat tangan Yai itu lho, sambil berpegangan kepada sandaran tangga, beliau, Kyai itu berdiri menunggu disitu.
Itu kesan pertama yang kita tangkap dari vidio yang ada dihadapan kita ini.
Tapi kalau kita perhatikan vidionya yg lebih utuh, nampak setelah Jokowi berlari keatas panggung Pak Yai nyusul tertatih-tatih dituntun asistennya. Oohhhhhh, ternyata Jokowi mau lari dan Yai di khawatirkan gak bisa ikut ngejar….?
Duuuhhhh……hampir saja kita menduga, bahwa kali inipun Yai hanyalah sebagai pelengkap penderita saja. Bayangan kita yang liar langsung ke peristiwa-peristiwa sebelumnya, dimana Pak Yai “dengan sengaja” ga diikutkan didalam rapat2 strategis sebagaimana yang pernah terjadi sebelumnya. Cekidot disini ini ;
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/17/08512761/kiai-maruf-amin-berkah-atau-beban
Catatan Pojok Kita;
Diluar peristiwa naik ke panggung ini, sebagian dari kita mungkin kemudian menjadi bertanya-tanya apakah Pak Yai ini sebenarnya penting untuk pemerintahan Jokowi kedepan?
Jawaban singkatnya, yahhhhh penting gak penting sih…
Yai MA ini bisa dikatakan penting kalau kita bicara soal target jangka pendek. Yaitu untuk membungkam sebagian kaum radikal dan intoleran pada masa kampanye ini. Membungkam mereka yg hari-harinya selalu menyebar kebencian dengan mengatas namakan agama, atau politik identitas. Yai juga diperlukan untuk menenangkan sebagian orang Islam Abangan.
Setelah kampanye ini selesai yah gak penting lagi lah ini Yai. Mau suruh pegang urusan apa ini Yai, coba?
Jadi kalau kita mau berpikir jernih, gak keterlaluan nge-fans nya ke salah satu capres, maka dengan mudah sebenarnya kita bisa saksikan bahwa saat ini kedua belah pihak sama-sama sedang menjual agama dan atau simbol agama dengan harga yang murah.
Perbedaan keduanya hanyalah ditujuan akhir dan kedalamannya.
Kubu Jokowi menunggangi simbol agama (Yai MA) untuk memenangkan pemilu ini saja, gak lebih dari itu. Tujuan akhir nya cuma itu tok.
Karena itu kontrol 100℅ masih ditangan team Jokowi. Yai MA gak bisa ngatur-ngatur Jokowi dan partai pendukungnya. Jadi dari sisi kesatuan dan keberagaman, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Relatif masih aman. Kita masih bisa tenanglah.
Adapun soal mereka menunggangi agama, biar itu urusan mereka langsung aja sama Tuhan. Mudah2an saja itu untuk kepentingan dan keselamatan orang yang lebih banyak. Jadi masuk kedalam hukum “darurat” lah 😂
Sementara di kubu 02 lain lagi tujuannya. Ini sedikit lebih rumit karena masing-masing saling menunggangi. Tujuan Prabowo mungkin aja sama dengan Jokowi, tapi tidak dengan pendukungnya.
Pendukung Prabowo bener-bener serius mau menggunakan dan atau menunggangi agama untuk seterusnya. Disinilah bibit bahaya perpecahan itu bisa meledak kapan saja.
Dengan mengusung politik identitas, atau Islamisme yang mereka gunakan, NKRI, Keberagaman, Persatuan dan Keselamatan Bangsa kita ini bisa terancam bahaya besar.
Kalau ini dibahas, ceritanya bisa panjang. Karena itu kita persingkat dengan mengatakan, bahwa sesungguhnya yang diperkosa itu bukan Ibu Pertiwi, melainkan yang mereka perkosa itu sebenarnya adalah AGAMA ISLAM, Agama Saya dan Agama Anda juga.
Tiba-tiba saya membayangkan lagi, seandainya saja kita mau berpikir logis dan menggunakan akal sehat kita secara benar, maka kita akan mudah mengetahui, bahwa agama Islam tidak akan pernah hancur diserang oleh musuh manapun, tapi dia akan lemah karena kebodohan umatnya sendiri.
Catet ya;
Jadi yang diperkosa itu Bukan Ibu Pertiwi. Melainkan Agama Islam!
Comment